Keaslian Jati Diri Orang Papua Harus Ditunjukan Melalui Tindakan Nyata
Oleh Petrus Yatipai
Allah Pencipta langit dan
bumi menciptakan dan menempatkan orang-orang di dunia ini berdasarkan etnis, budaya,
suku, dan bahasanya masing-masing sesuai dengan gambar dengan citeranya Allah
itu sendiri. Itulah kehadiran kasih Allah kepada umatnya di seluruh pelosok
bumi ini. Saya diciptakan sebagai orang asli Papua, Melanesia. Sama halnya dengan
bangsa-bangsa lain di dunia ini dengan beraneka ragam budaya yang menjadi hak
milik masing-masing bangsa.
Pulau Papua adalah pulau
terluas kedua di dunia dengan berbagai jenis kekayaan, baik di laut, darat
maupun di bawah tanah. Orang Papua diciptakan oleh Allah untuk hidup di Negeri
Cenderawasih ini. Begitu pun juga dengan bangsa-bangsa di wilayah lain yang ada
di seluruh bumi ini. Allah telah menempatkan manusia-manusia yang fana di dunia
ini berdasarkan ciri-ciri tersendiri dengan tugas dan tanggungjawabnya
masing-masing selama menempuh hidup di dunia ini. Manusia-manusia Papua adalah
orang-orang yang berambut keriting dan berkulit hitam yang mendiami Pulau Papua
sejak dunia ini diciptakan oleh Sang Pencipta. Orang Papua adalah ras
Melanesia.
Orang Papua harus sadar
akan jati dirinya sebagai orang Papua yang pernah ada sejak dunia ini
diciptakan hingga dunia modern ini. Ingatlah bahwa kita (orang Papua) jangan
pernah segan-segan dalam menampilkan keaslian jati diri kita sebagai anak-anak
Papua, Melanesia. Allah katakan bahwa orang Papua adalah bangsa yang diberkati
Tuhan. Tunjukan keaslian jati diri kita sebagai orang Papua dengan keterbukaan
hati. Kalau kita diajak memakai pakaian adat, mari kita lakukan hal ini
bersama-sama. Mengapa? Dengan tindakan-tindakan nyata seperti begini, dunia
luar akan tahu jati diri kita sebagai orang Papua, Melanesia. Selain itu, hal
ini perlu dilakukan demi memberdayakan dan menampilkan jati diri kita terhadap
orang lain melalui nilai-nilai budaya ini. Sehingga, dunia luar tahu bahwa
orang Papua benar-benar memiliki nilai-nilai kebudayaan yang sangat unik.
Inilah salah satu cara kita menunjukkan jati diri kita sebagai anak-anak
Melanesia di Papua.
Negara sangat mendukung
dalam hal memajukan nilai-nilai budaya kita yang sangat unik dan beraneka ragam
ini untuk meningkatkan jati diri kita sebagai orang Papua, Melanesia. Hal ini
diatur dalam UUD 1945 Pasal 32 Ayat (1), yakni “Negara memajukan kebudayaan
nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan
masyarakat dalam memelihara mengembangkan nilai-nilai budayanya”.
Sebagai anak Papua, kita
harus sangat prihatin dengan perkembangan zaman modern ini. Allah menempatkan
orang Papua di pulau susu dan madu ini dengan ciri-ciri fisik yang sangat unik.
Namun, semua ini selalu saja diabaikan. Artinya, Allah menciptakan orang Papua
dengan berambut keriting tapi, koh
kenapa di zaman modern ini, orang berjuang dan berusaha untuk meluruskan atau memanjangkan
rambutnya yang keriting ini dengan berbagai macam cara. Di manakah jati diri
kita sebagai anak Papua itu, kalau perilaku kita seperti begini? Apa salahnya
kalau kita menampilkan sesuatu dengan ketulenan? Kita sangat berdosa terhadap
Sang pencipta, ketika kita tidak menunjukkan keaslian kita sebagai anak Papua.
Anugerah yang pernah
dikehendaki oleh Allah terhadap anak-anak Papua ini sangatlah berharga. Tinggal
bagaimana cara kita menikmati semua itu. Seolah-olah, dengan perkembangan dunia
modernisasi ini, diri kita dijadikan sebagai objek. Syukurilah apa yang sudah
ada ini. Jangan menginginkan budaya asing.
Sebagai anak-anak Papua,
kita musti banyak belajar tentang tradisi-tradisi orang-orang Papua yang
sebenarnya agar nilai-nilai budaya tidak mengalami kepunahan dari tengah-tengah
kehidupan kita ini. Benar-benar kita harus mengerti lalu menerapkan
budaya-budaya yang pernah ada dari sejak nenek moyang hidup sampai pada masa
kini. Kita harus angkat nilai-nilai leluhur anak-anak Papua ini dari dasar.
Jangan sepanggal-sepanggal dalam hal mengkaji dan melihat nilai-nilai kebudayaan
orang Papua. Tunjukkan tradisi-tradisi kita orang Papua dalam kehidupan kita
seiring berjalannya waktu. Biarkan nilai-nilai budaya Papua terus meluas dan
berkembang seiring masa peradaban ini.
Reken-rekanku, sebagai
anak-anak Papua dan Melanesia, marilah kita tunjukkan keaslian jati diri kita melalui
tindahkan-tindahkan nyata dalam menjaga dan melestarikan apa yang menjadi milik
kita bersama. Anugerah-anugerah yang pernah Tuhan rahmatkan kepada kita harus kita pelihara dengan baik. Apa yang menjadi
Papua punya, itu yang kita gunakan. Jangan kita meniru budaya-budaya luar yang
kurang bermartabat ini. Mengapa? Zaman sekarang, wibawa anak-anak Papua sangat
rusak di mata publik. Kemajuan teknologi di era modern membuat orang mudah terjerumus
dengan budaya-budaya luar yang tidak diinginkan oleh orang-orang Papua pada
umumnya. Budaya-budaya luar boleh saja kita terima, tetapi jangan melupakan apa
yang menjadi milik kita, yakni budaya-budaya lokal Papua ini.
“Saya bangga sekali
menjadi orang Papua yang berambut keriting dan berkulit hitam.” Apa artinya? Allah
menciptakan manusia Papua dengan ciri-ciri fisik yang sangat berbeda dengan
bangsa-bangsa lainnya di dunia ini. Hal ini harus kita renungkan kembali apa maksud
dan tujuan Allah menciptakan dan menempatkan manusia-manusia Papua di pulau
susu dan madu ini. Jangan jadikan diri kita seperti bola yang dikontrol oleh pengaruh
perkembangan yang sedang meluas ini. Terapkanlah ciri-ciri fisik kita dengan
seutuh-utuhnya tanpa ada seusuatu yang dinamis dari pribadi kita yang fana ini.
Orang Papua adalah orang yang berambut keriting dan berkulit hitam, Melanesia.
Bukan berambut lurus. Jangan pernah coba-coba untuk meluruskan atau
memanjangkan rambutnya itu. Kalau ingin rambutnya lurus, lebih baik ganti
marganya saja jadi Widodo atau Subianto sesuai kemauan Anda sendiri. Apa
untungnya ketika pribadi kita ini dihiasi dengan berbagai macam jenis
perhiasan? Memang orang katakan bahwa hidup adalah seni, tapi seni yang
bagimana dulu? Tolong jaga nama Papua dan harga diri orang Papua yang ada ini. Jangan
baku jual satu sama lain melalui tindakan-tindakan kita yang sangat merugikan
bagi bangsa Papua. Simpel, walaupun saya mandi 1000 kali sehari pun, sama saja,
kulit saya ini tetap hitam. Kenapakah pribadi kita yang istimewa ini mesti
harus diubah-ubah tanpa ada pertimbangan-pertimbangan khusus. Mari kita
bersama-sama, saling bergandengan tangan, dan saling bahu-membahu satu dengan
yang lain untuk meningkatkan apa yang menjadi milik orang Papua, terutama dalam
menjaga jati diri kita sebagai anak-anak Melanesia di atas Negeri Cenderawasih
yang kaya raya ini. Mari kita tunjukkan ciri-ciri kita yang sebenarnya sebagai
bangsa Papua dan Melanesia melalui tindakan-tindakan kita dalam kehidupan kita
sehari-hari di mana saja kita berada.wavo/wempi doo.
0 Komentar
Redaksi menerima komentar terkait Berita yang ditayangkan. Komentar adalah tanggapan pribadi dan menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak mengubah dan menghapus komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berbau pelecehan, intimidasi, berisi fitnah, atau bertendensi suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA). - Terima Kasih! Hak CIPTA © :